Sejarah Silat Kumango

Silat Kumango adalah silat yang paling tua di Sumatera Barat.[butuh rujukan] Sebelum masa Syech Surau Subarang (sebutan untuk Syech Abdul Rachman di Kumango, tanah asalnya), silat ini sudah "disimpan" selama ratusan tahun oleh orang Kumango dan terlarang untuk diajarkan kepada mereka yang berasal dari luar Nagari Kumango. Kalaupun ada pada masa itu ada yang mengaku pernah belajar silat Kumango, namun sebenarnya mereka hanya belajar "bunga silatnya" saja (langkah-langkah yang tidak mematikan) dari orang Kumango. Bunga silat Kumango ini dikembangkan oleh para perantau Kumango yang selama beberapa masa merajai perdagangan barang-barang kelontong di negara ini sehingga barang kelontong juga dikenal sebagai "barang Kumango:. Pada masa ini, silat Kumango sudah terkenal dan ditakuti dimana-mana, namun belum ada orang luar yang bisa menembus rahasia silat ini karena begitu ketatnya aturan dari Tetua Silat di Kumango untuk tidak mengajarkan silat mereka kepada mereka yang bukan orang Kumango. Di Kumango sendiri, pada masa itu, silat Kumango ini juga terdiri dari beberapa aliran kecil tergantung kepada guru yang mengajar pada sasaran yang berbeda. Silat Tua Kumango ini banyak mengambil falsafah alam dan lebih dekat kepada silat harimau. Salah satu falsafahnya adalah "Langkah, langkah harimau; jatueh, jatueh cacak" (memasang jurus seperti harimau dan bila jatuh ketanah seperti cicak).

Syech Surau Subarang pada masa mudanya di Kumango sebelum merantau ke luar Kumango dikenal sebagai parewa (semacam preman) di Kumango, suka berkelahi. Namun dalam setiap kali perkelahian dia sering dikalahkan oleh lawan-lawannya di Kumango. Keadaan inilah yang membuatnya pergi merantau dan banyak bertarung di luar Kumango menundukkan lawan-lawannya. Dia adalah sosok yang sangat cerdas, dalam setiap pertarungan yang dilakoninya dengan banyak orang di luar Kumango, dia selalu berusaha "mencuri ilmu" dari lawan-lawannya dengan jalan mengamati setiap jurus dan langkah yang dipakai oleh lawan-lawannya dalam menghadapinya, kemudian dia menyempurnakan jurus dan langkah tersebut menjadi lebih mumpuni untuk dipakai pada pertarungannya yang lain. Di perantauan pula dia mendalami Agama Islam dan Ilmu Tariqat, sekaligus mempertajam ilmu silat yang sudah dimilikinya. Dan dari semua yang telah dia dapatkan, dia mencoba menciptakan sebuah silat Kumango baru yang setiap geraknya tidak lepas dari nafas Islam, dan kemudian bertekad untuk mengembangkannya. Dan pada suatu ketika, ketika dia kembali ke Kumango dari rantau, dia mampu mengalahkan semua orang yang dulu selalu mengalahkannya.

Tidak puas dengan penghidupan di kampung halamannya sendiri, dia kemudian merantau ke Malaysia; tinggal disana beberapa lama; punya istri dan keturunan di negara jiran tersebut. Melihat ada gejala dia akan merantau cino (merantau dan tidak pulang lagi ke kampung halamannya), keluarganya memintanya untuk pulang, namun dia menolak. Setelah melalui proses yang agak berliku, dia akhirnya setuju untuk kembali ke Kumango, tapi dengan syarat masyarakat Kumango bersedia membangunkan sebuah surau untuknya, maka dibangunlah surau Subarang—surau dimana sekarang makamnya berada. Dan kemudian diapun pulang dan disambut bak pahlawan oleh segenap masyarakat Kumango pada masa itu. Dari surau inilah kemudian dia kemudian mengembangkan silat Kumango baru dan sekaligus membuka tabir Silat Kumango ke dunia luar. Selain dari mengembangkan silat Kumango baru, dia juga membawa angin segar dalam dunia usaha di Kumango dengan mangajarkan masyarakat Kumango cara membuat kerupuk kulit (kerupuk jangat / karupuek jangek)yang pada saat ini menjadi kebangggaan lain dari orang Kumango dengan kerupuk jangek Kumango yang juga terkenal kemana-mana.




Dimata lawan-lawannya, dia sangat terkenal dengan jepitan jari kakinya yang mematikan.

Sekedar penekanan, silat Kumango yang sekarang diajarkan luas ke seluruh dunia, memang Silat Kumango baru yang diramu kembali oleh Syech Surau Subarang. Namun silat Kumango tua tersebut masih ada dan dipegang oleh beberapa orang asli Kumango dan tetap pada prinsip tidak akan pernah diajarkan kepada meraka yang bukan orang Kumango. Seiring perkembangan zaman, dengan bertambah banyaknya orang Kumango yang menikah dengan pasangan hidup yang berasal dari luar Kumango, Silat Tua ini semakin terlupakan.

Syech Kumango atau Syech Abdul Rahman Al Khalidi yang bernama kecil Alam Basifat adalah peramu Silat Kumango baru [2]. Dia di masa muda adalah pendekar yang disegani dan ditakuti, banyak belajar ke berbagai pelosok. Dia bahkan sampai ke Bayang, Pesisir Selatan belajar mengaji dan bersilat.
https://id.wikipedia.org/wiki/Silat_Kumango

0 Response to "Sejarah Silat Kumango "

Posting Komentar

stat